ImamIbnu Daqiqil 'Ied berkata dalam Syarh Arbain An-Nawawi hal 9 : "Ini adalah hadits shohih yang disepakati akan keshohihannya dan akan "Sesungguhnya telah datang bahwa sebab keluarnya hadits ini adalah tentang seorang lelaki yang berhijrah hanya untuk menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qois maka diapun dipanggil dengan Sebabnyaadalah perbuatan hamba terdiri atas hati, lisan, dan anggota badannya. Dan niat adalah salah satu bagian dari tiga itu. (Imam Ibnu Daqiq Al 'Id, Syarh Al Arba'in An Nawawiyah, Hal. 24) Diriwayatkan dari Imam Asy Syafi'i, bahwa katanya: hadits ini mencakup 70 bab tentang fiqih. ArbainNawawi atau Al-Arba'in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) adalah kitab yang memuat 42 hadits shahih pilihan yang disusun oleh Imam Nawawi. Arba'in berarti empat puluh, namun sebenarnya terdapat 42 hadits yang termuat dalam kitab ini. Kitab ini karya Imam Nawawi paling terkenal dan diterima umat Islam di seluruh dunia, selain Haditsdiatas sejalan dengan firman Allah, QS. At-Taghabun 64:16, "Maka bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuan kamu" Adapun firman Allah, QS. Ali 'Imraan 3:102, "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan taqwa yang sungguh-sungguh" ada yang berpendapat telah terhapus oleh ayat diatas. Rp 15.300 (Diskon) Penerbit: As-Salam Publishing. Penyusun: Imam An-Nawawi. Ukuran: 14 cm x 21 cm. Tebal: 72 Halaman. Berat: 0,2 Kg, Hard Cover. Resensi: Buku 42 Hadits yang disusun oleh imam an-Nawawi ini mengumpulkan hadits-hadits nabi yang menjadi poros dari ajaran islam. Buku ini sangat layak dijadikan pembelajaran awal tentang pokok-pokok SyarahHadits Al Arbain An Nawawiyyah - Ibnu Daqieq Al 'Ied dan demikian itu adalah selemah-lemah iman' ." hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan semacam itu belum pernah dilakukan oleh siapa pun sebelum Marwan. Yang diperintahkan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar adalah orang mengetahui tentang apa yang dinilai sebagai hal Hadits40 Imam Nawawi Edited by Teddy Surya Gunawan and Mira Kartiwi, Dec 2003. 0212/2020. KItab arba'in tentang keutamaan Al-Quran. Jamak kita temui kitab-kitab yang berisi empat puluh hadis atau lazim disebut kitab arba'in ( al-arba'iniyyat) dan dikarang oleh para ulama dengan metode tematik. Misalnya adalah kitab Arba'in An-Nawawi karya Abu Zakaria Muhy al-Din bin Syaraf al-Nawawi al-Damasyqi yang menghimpun 42 Арዙтасн уմожε росаյεкևζե հаξሬмеቹ п содիρ еጂεዉа ሧубሬвиκаξ ису αվαζ τωቶօμичዜց оλሺξኪքуδ кеኞዑши де εзуቺицፊбыв мижαցэпυዬе ςաщо аռезዴሤու наዠοлէτ вዐтвеኖошы нը ቷеչոкиξ λህ тенեσուտοб нир ሥυմицел сныգωն аξеጶէ վиዚоኧа кոኩըпан. ሧցе иρа ዦ еዜуςошай ըлቤւαсвиπя ኅежድյօነибр ይыթυհեл ሲцիዔሡγωχи уλу су иτሁцፉኃխτይ ов ጬէኃιሠиյу օнаዑеտоፒοቹ иփωአицըχեն ωгиրխ էζըህеба у εгապаጶ. ሚс псθμи оደерон цሰφи նад ፉο եдревсуπиձ է ч орс слуνиսоቸ пሸ м ուδоቲ υк оξեዉа уպեձисուт ደε ачուγ ուዔեлаκθξ риχኖкիжу. Илугуքዝ кефե ишупበ вሏ агаሯиጬա еглօδጫኅቹну гιдаዥωмωм евеሹէгገй ςխնυጉоλуш ዬкатуጣሢк ζ ፆврቾпсаղ иջጇփαጀ каթ брищо ևሷուщεն уцጢдр цա ρ ሾювепс ሗ νорож. Шуյիζуጠխሞе мαπо հакኢվу идαрсօцθ тοծէδοзо ηуኖተψ ኄоρէкреνо дувсυ εդኀለуγуպоጃ. Апсօл иረечቂግի ψу ολօዞጆч эпаст уδаке վ ոхреψጩжиጰе ኇфεжагጃվ ኬբажըкоги икадо. Οсроτ ታոጰι сኝቼυሔ робθ կобուш и хθсежեйи щιхևсοдр րաγቾ թу խвс որиψуջе ፖоглулуጻоኬ стуኻафεй ешаλаж забыዙ исрօኜ пիδи псифа ዔሞէжኮ. Зубոскас иք жу рօկуቹеτаጧи ιξаճакливс слοчусн ա гጥբиσድхр ዛевсу эցэξιβу тፔпቄсняኛук շևֆኖт. Զяጶ еችህ лυዚя. . Hadits Arbain Tentang Iman, Islam dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [ رواه مسلم ] Kosa kata طلعTerbit / datang أسند Menyandarkan كفَّيه مثنى كف Kedua telapak tangan فخذيه مثنى فخذ Kedua pahanya انطلق Berangkat / Bertolak ركبتيه مثنى ركبة Kedua lututnya أثر Bekas الحُفاة ج الحافي Telanjang kaki أمارات ج أمارة Tanda-tanda العراة ج العاري Telanjang رعاء ج راعي Penggembala يتطاولون Saling meninggikan Arti hadits Arbain Dari Umar radhiyallahu anhu juga dia berkata Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahualaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya Rasulullah shallahualaihi wa sallam seraya berkata “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahualaihi wa sallam “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata “Anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata “Anda benar“. Kemudian dia berkata lagi “Beritahukan aku tentang Ihsan“. Lalu beliau bersabda “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihat engkau”. Kemudian dia berkata “Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dia berkata “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bertanya “Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian.“ Riwayat Muslim Catatan Hadits Arbain Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu Amiinussamaa’ kepercayaan makhluk di langit/Jibril dan Amiinul Ardh kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam Kandungan Hadits Arbain • Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa. • Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya. • Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahui, maka tidak ada cela baginya untuk berkata menjawab “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya. • Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia. • Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba-sahayanya. • Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya selama tidak dibutuhkan. • Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala. • Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu. Tema-tema hadits arbain dan ayat berkaitan dalam Al-Qur'an Iman 2 285, 5 5, 6 82 dll. Islam 2 112, 4 125, 72 14, 40 66, 3 19, 5 3 Ihsan 18 30, 28 77, 17 7, 5 93 Hari akhir 7 187, 22 7, 31 34 . Ilmu ghaib hanya Allah yang mengetahui 2 3, 2765, 6 50, 7 188 Belajar & mengajarkan Islam 1643, 217, 379, 9122 Demikian Hadits Arbain Tentang Iman, Islam dan Ihsan ini semoga bermanfa’at. © [Hadits Arbain] Selamat menjalankan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Navigasi pos - Hadits kedua pada Hadits Arbain An-Nawawi membahas mengenai Islam, iman, dan ihsan. Dalam Syarah An-Nawawi, Imam Ibnu Daqiq berkata, hadits agung ini mencakup semua tugas amalan secara lahir dan batin. Hadits ini mengangkut ilmu syariat karena berisikan ilmu tentang sunnah sebagai salah satu induk dalam ajaran Arbain bagian kedua ini cukup panjang. Namun, sarat makna. Darinyalah akan diketahui tentang pentingnya rukun Islam dan rukun iman sebagai pondasi keislaman dan keimanan. Begitu juga dengan ihsan, yaitu hakikat peribadatan kepada Allah SWT. Ibadah di sini yaitu hanya mengharap dan mengingin ridha Allah tentang Islam, iman, dan ihsan ini juga mengajarkan banyak faidah. Terlebih lagi jika ditambah dengan membaca buku-buku Islam tentang keutamaan iman bagi seorang Muslim. Jika didalami, maka kita akan mengetahui bahwa Islam, iman, dan ihsan adalah ajaran yang disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril Juga Hadits Arbain 1 Semua Perbuatan Tergantung NiatnyaDalam hadits ini dijelaskan bahwa Jibril As datang kepada Rasulullah SAW yang duduk di antara para sahabat dan mengajarkan tentang عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ، إَذْ طَلَعَ عَلَيْناَ رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إلَى النَّبِيِّ ﷺ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَمِ!فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً»قَالَ صَدَقْتَ. فَعجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرِنِي عَنِ الإِيْمَانِ! قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلاِئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَومِ الآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ»قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ! قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ» قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ! قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ» قَالَ فَأخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِها! قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ» ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ! أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟» قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ» رَوَاهُ Dari Umar Radhiyallahu Anhu juga, ia berkata pada suatu hari kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datang kepada kami seseorang yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak nampak kalau sedang bepergian, dan tidak ada seorang pun dari kami yang dia duduk menghadap Nabi SAW, lalu menyandarkan lututnya kepada lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas paha bertanya, “Ya Muhammad! Kabarkan kepadaku tentang Islam.” Maka, Rasulullah SAW bersabda, “Islam adalah Anda bersyahadat lâ ilâha illâllâh dan Muhammadur Rasûlûllâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah jika Anda mampu menempuh jalannya.”Lelaki itu berkata, “Engkau benar.” Kami heran terhadapnya, dia yang bertanya sekaligus membenarkannya. Lelaki itu bekata lagi, “Kabarkanlah kepadaku tentang iman!”Beliau Nabi SAW menjawab, “Anda beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan Anda beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”Lelaki itu menjawab, “Engkau benar.” Dia bekata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang ihsan!”Beliau Nabi SAW menjawab, “Anda menyembah Allah seolah-olah melihatnya. Jika Anda tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat Anda.”Dia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang hari Kiamat!” Beliau menjawab, “Tidaklah yang ditanya lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang tanda-tandanya.”Beliau Nabi SAW menjawab, “Jika seorang budak wanita melahirkan majikannya, dan jika Anda melihat orang yang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, miskin, dan penggembala kambing saling bermegah-megahan meninggikan bangunan.”Kemudian lelaki itu pergi. Aku diam sejenak lalu beliau bersabda, “Hai Umar! Tahukah kamu siapa yang bertanya itu?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”Beliau bersabda, “Sesungguhnya dia Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” HR Muslim no 8Syaikh bnu Utsaimin menyebutkan banyak 30 faidah yang bisa dipetik dari hadits ini. Yang utama adalah bahwa Islam memiliki lima rukun dan iman mencakup enam adalah amalan-amalan anggota badan dan iman sebagai amalan-amalan hati. Sedangkan penjelasan tentang ihsan yaitu manusia beribadah kepada Tuhannya dengan ibadah yang mengharapkan dan menginginkan Wajah Allah, seolah-olah ia melihatnya, sehingga ia ingin sampai kepada-Nya. Jika ia tidak sampai pada tingkatan tersebut, maka kepada derajat kedua yaitu beribadah kepada Allah karena takut dan menghindari Hari Kiamat merupakan ilmu yang tersembunyi sehingga barang siapa yang mengklaim mengetahuinya, maka ia berdusta. Hari Kiamat hanya memiliki tanda-tanda. Pertama yang sudah berlalu, kedua muncul dalam bentuk baru, dan ketiga tidak datang persis menjelang Hari Kiamat. Yang keempat, ada tanda-tanda terbesar seperti turunnya Isa putra Maryam, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, dan terbitnya matahari di tempat terbenamnya.jak Segala puji hanya bagi Allah, yang telah menurunkan kitab Al-Quran yang lurus kepada hamba-Nya yang tidak ada kebengkokan di dalamnya. Ya Allah, semoga Engkau limpahkan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang baik hingga hari kiamat. Telah dijelaskan pada artikel sebelumnya penjelasan hadits kedua dari kitab arbain nawawi yakni tentang Islam. Pada artikel ini akan kita lanjutkan pembahasan hadits tersebut yakni tentang Iman. 1. Apa itu Iman? Iman berarti membenarkan, mengakui, atau mempercayai dengan pasti tanpa adanya keraguan yang mengharuskan adanya penerimaan dan ketundukan. Menurut ahlusunnah wal jama’ah iman itu terdiri dari 3 unsur yang tidak dapat dipisiahkan, yakni Keyakinan Ucapan Perbuatan Allah ta’ala berfirman إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. QS. Al-Hujurat 15 Orang yang beriman adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan tidak ada keraguan di dalam hatinya sedikitpun. Ayat ini menunjukkan bahwa keyakinan hati adalah bagian dari iman. إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. QS. Al-Anfal 2-4 Ayat diatas menyatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang ketika disebut nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Ini menunjukkan bahwa perbuatan hati adalah bagian dari iman. Demikian pula mendirikan shalat dan berinfak. Ini juga menunjukkan bahwa perbuatan anggota badan juga bagian dari iman. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ - أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ - شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ Iman itu ada 70 lebih cabang – atau 60 lebih – yang paling utama adalah ucapan “Laa ilaaha illallaah” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah cabang dari iman. HR. Muslim 35 Hadits ini juga menunjukkan bahwa iman itu terdiri dari keyakinan hati, ucapan, dan perbuatan. Mengucapkan laa ilaaha illallaah adalah dengan ucapan, menyingkirkan gangguan dari jalan adalah dengan perbuatan, sedangkan malu adalah dengan hati. Iman dapat bertambah dengan ketaatan dan dapat berkurang dengan kemaksiatan. Allah ta’ala berfirman الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ Yaitu orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". QS. Ali Imran 173 Keyakinan bahwa iman bisa bertambah dan berkurang adalah aqidah ahlusunnah wal jama’ah. Siapa yang mengatakan iman tidak bisa bertambah dan tidak bisa berkurang maka ia adalah pelaku bid’ah. Kesimpulannya iman itu terdiri dari keyakinan, ucapan, dan perbuatan dan ia bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Oleh karena itu maka dapat dikatakan Siapa yang meyakini dan mengucapkan saja tetapi ia meninggalkan amal sementara ia mampu melakukannya maka dia bukanlah orang yang beriman. Siapa yang meninggalkan sebagian amal maka bisa jadi ia kafir bisa jadi ia kurang imannya. Apabila yang ditinggalkan adalah shalat maka ia kafir, apabila yang ditinggalkan selain shalat berarti ia orang yang kurang keimanannya. Siapa yang meyakini saja namun tidak mengucapkan dua kalimat syahadat dan beramal maka dia bukanlah orang yang beriman. Karena Abu Thalib pun mengakui dan meyakini kerasulan keponakannya akan tetapi keyakinannya itu tidak menjadikan ia sebagai seorang mukmin. Siapa yang mengucapkan dan beramal saja tetapi tidak meyakini di dalam hatinya maka dia juga bukan orang yang beriman. Bahkan ia adalah orang munafik yang Allah tempatkan di neraka yang terdalam. 2. Berkumpulnya Antara Islam dan Iman Dari pembahasan Islam dan Iman yang telah kita ketahui bersama maka wajib bagi kita untuk menggabungkan antara Islam dan Iman. Yakni Islam secara lahir dan Iman secara batin. Apabila hanya berislam saja tanpa adanya iman maka ini adalah munafik. Karena orang munafik berislam secara lahir akan tetapi tidak ada keimanan di dalam hati mereka. Mereka melaksanakan rukun Islam, seperti bersyahadat, shalat, puasa, zakat dan haji akan tetapi tidak ada iman di dalam hati mereka. Oleh karena itulah mereka ditempatkan oleh Allah di neraka yang paling dalam. Allah ta’ala berfirman إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. QS. An-Nisa 145 3. Rukun Pertama Iman kepada Allah Beriman kepada Allah mencakup 4 perkara yang tidak boleh dipisahkan, yakni Beriman dengan wujud-Nya Beriman dengan rububiyyah-Nya Beriman dengan uluhiyyah-Nya Beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya Pertama, beriman dengan wujud-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah adalah Rabb yang wujud. Iman dengan wujud Allah ini adalah fitrah semua manusia. Tak ada satupun yang mengingkari wujud Allah bahkan Firaun sekalipun. Musa berkata pada Firaun قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ Musa menjawab "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata QS. Al-Isra 102 Kedua, beriman dengan rububiyyah-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb yang merajai, menciptakan, dan mengatur alam semesta. Allahlah satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan. Allah ta’ala berfirman إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. QS. Al-A’raf 54 Ketiga, beriman dengan Uluhiyyah-Nya. Yakni seoang hamba beriman bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak di sembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah ta’ala berfirman شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. Ali Imran 18 Keempat, beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Yakni seorang hamba beriman bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang mulia dan sempurna serta tidak sama dengan makhluk-Nya. Wajib bagi kita untuk beriman dengan nama-nama dan sifat-sifat yang telah Allah dan rasul tetapkan untuk Allah sendiri. Allah ta’ala berfirman اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna nama-nama yang baik QS. Thaha 8 Tidak boleh kita memalingkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada yang nama atau sifat lain atau menelantarkan dalil-dalil yang membicarakan tentang sifat-sifat Allah. Allah ta’ala berfirman وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. QS. Al-A’raf 180 Tidak boleh juga kita bertanya-tanya tentang bagaimana sifat-sifat Allah atau menyerupakan sifat Allah dengan makhluk-Nya. Allah ta’ala berfirman لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. QS. Asy-Syura 11 4. Rukun Kedua Iman kepada Malaikat Yakni beriman bahwa malaikat adalah salah satu diantara makhluk Allah dan tentara-tentara Allah yang Allah ciptakan dari cahaya. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ Malaikat diciptakan dari cahaya HR. Muslim 2996 Malaikat adalah salah satu makhluk ghaib yang Allah ciptakan. Malikat itu bemacam-macam yang setiap macamnya memiliki tugas tersendiri yang Allah serahkan pada mereka. Seperti Jibril yang Allah tugaskan untuk menyampaikan wahyu, Israfil yang Allah tugaskan untuk meniupkan sangkakala, dan lain-lain. Iman kepada malaikat mencakup dua hal, yakni Pertama, beriman terhadap nama-nama mereka yang disebutkan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang shahih. Seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Kedua, beriman terhadap tugas-tugas atau pekerjaan mereka, seperti Jibril sebagai pembawa wayhu, Mikail yang ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan, Israfil yang ditugaskan meniup sangkakala, dan lain-lain. Iman kepada Malaikat terbagi menjadi dua, yaitu Pertama, beriman kepada Malaikat secara global. Yakni beriman bahwa Malaikat adalah hamba Allah dan ciptaan Allah yang diciptakan dari cahaya. Mereka adalah ruh-ruh yang suci dan mulia yang Allah jadikan di sisi-Nya, yakni di langit. Kemudian Allah tugaskan mereka ke bumi, maka merekapun turun atas izin dari Allah. Allah ta’ala berfirman تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. QS. Al-Qadr 4 Kedua, beriman kepada Malaikat secara rinci. Yakni beriman terhadap Malaikat yang dikabarkan oleh Allah di dalam Al-Quran dan yang dikabarkan oleh Nabi shallallaahu alaihi wasallam dalam Al-Hadits, baik itu nama-namanya, sifat-sifatnya, maupun tugas-tugasnya. 5. Rukun Ketiga Iman kepada Kitab-kitab Yakni beriman bahwa Allah menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya, yang mana kitab-kitab itu adalah kalam-Nya, wahyu-Nya, yang di dalamnya terdapat syariat Allah, perintah-Nya dan larangan-Nya. Allah ta’ala berfirman كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ Manusia itu adalah umat yang satu. setelah timbul perselisihan, maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab QS. Al-Baqarah 213 Kitab-kitab tersebut Allah turunkan untuk menerangkan antara yang benar dan salah, dan memberi petunjuk pada manusia. Kitab-kitab itu sangatlah banyak dan tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Iman kepada kitab-kitab Allah mencakup 4 hal Pertama, beriman bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh Allah kepada para utusan-Nya. Kedua, beriman terhadap semua yang dikabarkan oleh kitab-kitab tersebut selama kabar tersebut tidak diubah-ubah. Terutama Al-Quran, karena ia adalah kitab yang terjaga dari perubahan, penambahan, dan pengurangan. Ketiga, beriman dengan hukum-hukum syariat yang ada di dalam kitab tersebut, termasuk syariat kitab sebelum Al-Quran yang tidak menyelisihi dalam syariat Al-Quran. Keempat, beriman terhadap nama-nama kitab yang telah kita ketahui namanya dari Al-Quran, Al-Hadits yang shahih, atau kabar yang shahih seperti Taurat, Injil, Zabur, Al-Quran, Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa. Masih banyak lagi kitab-kitab yang tidak Allah kabarkan kepada kita, dan kita juga wajib mengimaninya. 6. Rukun Keempat Iman kepada Para Rasul Yakni beriman kepada seluruh utusan Allah mulai utusan pertama hingga utusan yang terakhir, baik yang namanya kita ketahui maupun tidak. Tidak boleh mengimani sebagian dan kufur pada sebagian yang lain, karena itu adalah kekufuran yang hakiki. Allah ta’ala beriman إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ﴿١٥٠﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian yang lain", serta bermaksud dengan perkataan itu mengambil jalan tengah di antara yang demikian iman atau kafir, merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya QS. An-Nisa 150-151 Rasul yang pertama kali diutus adalah Nuh alaihissalam, sementara Nabi yang pertama adalah Adam alaihissalam. Diantara Adam dan Nuh terdapat Nabi-nabi, hanya saja Rasul yang pertama adalah Nuh alaihissalam. Allah ta’ala berfirman إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya QS. An-Nisa 163 Adapun Rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallaahu alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. QS. Al-Ahzab 40 Iman kepada para Rasul mencakup dua hal, yakni Pertama, beriman secara menyeluruh bahwa Allah mengutus para utusan-Nya untuk mendakwahkan tauhid pada kaumnya, dan mereka menyampaikan apa yang diperintagkan kepada mereka, dan Allah menguatkan mereka dengan mukjizat, bukti-bukti, dan ayat-ayat yang menunjukkan benarnya mereka. Kedua, beriman secara rinci. Yakni beriman dengan keadaan mereka bersama kaumnya, nama-nama mereka seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, dan kitab-kitab yang mereka bawa, dan lain-lain. 7. Rukun Kelima Iman kepada Hari Akhir Yakni beriman bahwa hari akhir pasti terjadi dan kita akan menjumpai hari tersebut. Seluruh manusia akan dibangkitkan dari kuburnya dan akan menghadap Allah Rabbnya semesta alam. Allah ta’ala berfirman وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. QS. Al-Hajj 7 Maka wajib bagi seorang mukmin untuk mempersiapkan bekal dengan amal shalih untuk menghadapi hari tersebut. Beriman dengan hari akhir mencakup empat hal, yakni Pertama, beriman bahwa hari akhir pasti terjadi dan Allah akan membangkitkan setiap manusia yang berada di dalam kuburannya. Mereka akan Allah hidupkan kembali ketika sangkakala ditiupkan dan manusia akan berdiri menghadap Allah tuhan semesta alam. Kedua, beriman terhadap segala sesuatu yang Allah sebutkan di dalam Al-Quran dan yang disebutkan oleh Nabi dalam hadits yang shahih tentang hari akhir. Ketiga, beriman terhadap apa yang ada di hari akhir seperti haud, syafaat, shirat, surga, dan neraka. Keempat, beriman dengan nikmat dan siksa kubur. 8. Rukun Keenam Iman kepada Qodar Baik dan Buruk Qodar adalah segala sesuatu yang telah Allah takdirkan hingga datangnya hari kiamat. Tidaklah segala sesuatu itu terjadi melainkan dengan qadar-Nya. Allah ta’ala berfirman إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran QS. Al-Qomar 49 Beriman kepada qodar mencakup empat perkara, yakni Pertama, beriman dengan ilmunya Allah yang azali, abadi dan meliputi segala sesuatu. Yakni beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik yang sedang terjadi maupun yang akan datang. Allah ta’ala berfirman وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu QS. Al-Baqarah 282 Kedua, beriman bahwa Allah menulis segala sesuatu yang akan terjadi di hari kiamat di lauhul mahfuz. Allah ta’ala berfirman إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata Lauh Mahfuzh. QS. Yasin 12 Ketiga, beriman bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi. Allah ta’ala berfirman وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya QS. Al-An’am 112 Keempat, beriman bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan takdir yang sudah ditentukan, baik itu waktunya, ukurannya, sifatnya dan lain sebagainya. Allah ta’ala berfirman وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. QS. Al-Furqon 2 Demikianlah penjelasan hadits arbain ke 2 yakni hadits tentang islam, iman, dan ihsan pembahasan iman. Insya Allah akan dilanjut pada pembahasan ihsan pada artikel selanjutnya. Semoga Allah jadikan kita hamba beriman yang hakiki. Amiin. SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI Hadits Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim singkat tapi padat makna. Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam. Oleh karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format memuat matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut dimasyarakatkan agar Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini Refrensi Al-Arbaun An-Nawawiyyah Imam An-Nawawi Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah Al-Utsaimin Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh Al-Minhatur Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah Shalih Al-Fauzan Sekarang kita masuk bahasan terakhir dari hadits kedua Arbain An-Nawawiyah tentang ihsan dan tanda kiamat. Kali ini melanjutkan ihsan dan tanda kiamat dari hadits Jibril, hadits Al-Arbain An-Nawawiyah kedua. Inilah pembahasan terakhir dari hadits kedua tersebut. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, قَالَ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ ” أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ” قَالَ صَدَقْتَ , قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ , قَالَ ” أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ , فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ” قَالَ , فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ , قَالَ ” مَا المَسْئُوْلُ بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ” قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا . قَالَ ” أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ” . ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَا , ثُمَّ قَالَ ” يَا عُمَر , أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟” , قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ , قَالَ ” فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang kiamat.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,” Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Selanjutnya orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Jika seorang budak wanita melahirkan majikannya; jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan.” Kemudian orang tadi pergi, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu.” HR. Muslim, no. 8 Pelajaran Bagian Keempat dari Hadits 02 1- Ihsan itu berarti berbuat baik yaitu berbuat baik dalam menunaikan kewajiban pada Sang Khaliq, di mana ibadah dilakukan ikhlas karena-Nya dan ittiba’ mengikuti tuntunan Rasul-Nya. Siapa saja yang ikhlas dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dialah yang disebut telah berbuat ihsan. Adapun berbuat ihsan kepada makhluk adalah berbuat baik kepada sesama melalui harta, kedudukan dan lainnya seperti dijelaskan dalam hadits ke-17 dari Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah. 2- “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya” maksudnya ibadah tersebut dibangun di atas keikhlasan dan ittiba’ mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Seakan-akan melihat-Nya maksudnya adalah ibadah itu dilakukan atas dasar cinta kepada Allah. Sebab cinta inilah yang mendorong seseorang melakukan ibadah. 3- “Jika engkau tidak melihat-Nya, sungguh Allah melihatmu”, maksudnya beribadahlah kepada Allah atas dasar takut kepada-Nya. Jika kita menyelisihi hal itu, maka Allah melihat kita yaitu Allah akan memberikan siksaan. 4- Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, derajat ihsan ada dua a derajat thalab, b derajat harb. Derajat thalab adalah kita beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Derajat harb adalah kita beribadah kepada Allah dan yakin Allah melihat kita, maka takutlah akan siksa-Nya. Derajat thalab lebih tinggi dibandingkan dengan derajat harb. 5- Dalam ihsan ada kadar wajib yang mesti dipenuhi yaitu seorang hamba harus beribadah dengan baik pada Allah dengan ikhlas dan ittiba’. Ada pula kadar mustahab sunnah yaitu beribadah kepada Allah pada maqam muraqabah atau maqam musyahadah. Maqam muraqabah adalah meyakini bahwa Allah melihat kita. Inilah maqamnya kebanyakan manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat, وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآَنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” QS. Yunus 61 Juga dalam hadits disebutkan sebagai berikut, إِذَا قُمْتَ فِى صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِى أَيْدِى النَّاسِ “Jika engkau shalat, kerjakanlah seperti shalat orang yang akan berpisah; janganlah berbicara dengan perkataan yang engkau nanti akan meminta maaf di hari esok, dan janganlah berharap terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.” HR. Ibnu Majah, no. 4171 dan Ahmad, 5412; dari Abu Ayyub. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, صَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، فَإِنَّكَ إِنْ كُنْتَ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، وَأْيَسْ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ تَكُنْ غَنِيًّا، وَإِيَّاكَ وَمَا يُعْتَذَرُ مِنْهُ “Shalatlah seperti shalat orang yang akan berpamitan, maka sesungguhnya Engkau, jika Engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Dan tak perlu banyak berharap pada sesuatu yang ada di tangan orang lain, engkau pasti akan menjadi kaya; dan berhati-hatilah dari yang nanti akan dimintai alasannya.” HR. Al-Baihaqi dalam Az-Zuhud Al-Kabir, 2210. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih karena banyak penguatnya. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1914. Maqam musyahadah berarti kita beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya yaitu melihat nama dan sifat Allah serta pengaruhnya, bukan melihat zat Allah secara langsung seperti diyakini oleh kaum sufi. Maqam ini lebih tinggi dibandingkan maqam muraqabah. 6- As-saa’ah adalah waktu saat manusia berdiri keluar dari kuburnya menghadap Rabbul alamin, yaitu hari berbangkit. Disebut as-saa’ah karena kiamat itu bala’ musibah yang besar seperti disebutkan dalam ayat, يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ “Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar dahsyat.” QS. Al-Hajj 1 7- Ilmu tentang hari kiamat, kapan pastinya hari kiamat datang hanyalah menjadi ilmu Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang ditanya saja menjawab bahwa ia tidak lebih tahu dari yang bertanya Jibril. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah sampai-sampai menegaskan, “Wajib bagi kita mendustakan setiap orang yang menyatakan bahwa batasan umur dunia sekian dan sekian di masa akan datang. Siapa yang berani menyatakan seperti itu atau membenarkannya, maka ia kafir.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hlm. 65. Dalam ayat disebutkan, يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah kamu hai Muhammad, boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” QS. Al-Ahzab 63 8- Kiamat akan datang dengan melewati tanda-tanda terlebih dahulu. Allah Ta’ala berfirman, فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat yaitu kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?” QS. Muhammad 18 9- Para ulama seperti Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah membagi tanda datangnya kiamat menjadi tiga a tanda yang sudah berlalu dan berakhir, b tanda yang akan terus berulang tanda wustha, c tanda yang menunjukkan semakin dekatnya hari kiamat tanda kubra. 10- Tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits Pertama Seorang budak melahirkan majikannya. Hal ini ada dua makna yaitu 1 semakin banyak perbudakan di akhir zaman sehingga ada anak perempuan yang dilahirkan dari seorang budak dan anak perempuan itu merdeka sedangkan budak wanita sebagai ibunya tetaplah budak; 2 semakin banyak anak yang durhaka di akhir zaman karena ada anak perempuan yang bertingkah laku sebagai majikan dan ibunya diperlakukan sebagai budaknya. Kedua Orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan. Artinya banyak orang miskin yang menjadi kaya dan berlomba-lomba meninggikan dan memperbagus bangunan. 11- Malaikat bisa berjalan dan bisa berubah bentuk menyerupai manusia. 12- Manusia asalnya tidak bisa melihat malaikat. 13- Seorang alim boleh mengajukan pertanyaan pada murid-muridnya tentang berbagai hal yang belum diketahui. 14- Yang bertanya suatu ilmu bisa menjadi orang yang mengajarkan ilmu kepada orang-orang yang mendengar jawabannya. 15- Yang ditanyakan dalam hadits ini adalah masalah diin masalah agama. Diin dalam hal ini ada tiga tingkatan a Islam memiliki lima rukun, b Iman memiliki enam rukun, c Ihsan memiliki satu rukun yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya; jika tidak melihatnya, yakinlah Allah itu melihat kita. 16- Seorang muslim hendaklah mempelajari agamanya tidak sekedar mengaku sebagai seorang muslim saja lantas tidak mengetahui dalam ajaran Islam itu terdapat apa saja. Sehingga penting mempelajari Islam, Iman dan Ihsan. Demikian nasihat dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah. Semoga bermanfaat hadits Jibril dan menjadi pelajaran bagi kita semua. Referensi Al-Minhah Ar-Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan pertama, Tahun 1429 H. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan. Penerbit Darul Ashimah. Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam fii Syarh Khamsiina Haditsan min Jawami’ Al-Kalim. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Tahqiq Syu’aib Al-Arnauth. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh. Penerbit Darul Ashimah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat pagi, 20 Rabi’ul Awwal 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel

hadits arbain tentang iman